Beranda | Artikel
Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 140 - 142
Sabtu, 26 Januari 2019

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Yahya Badrusalam

Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 140 – 142 adalah kajian tafsir Al-Quran yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. Kajian ini beliau sampaikan di Masjid Al-Barkah, komplek studio Radio Rodja dan RodjaTV pada Selasa, 1 Jumadal Awwal 1440 H / 08 Januari 2019 M.

Kajian Tafsir Al-Quran: Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 140 – 142

Allah Ta’ala berfirman membantah orang-orang Yahudi dan Nasrani:

أَمْ تَقُولُونَ إِنَّ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالْأَسْبَاطَ كَانُوا هُودًا أَوْ نَصَارَىٰ ۗ قُلْ أَأَنتُمْ أَعْلَمُ أَمِ اللَّـهُ ۗ وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّن كَتَمَ شَهَادَةً عِندَهُ مِنَ اللَّـهِ ۗ وَمَا اللَّـهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ ﴿١٤٠﴾

ataukah kamu (hai orang-orang Yahudi dan Nasrani) mengatakan bahwa Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Ya’qub dan anak cucunya, adalah penganut agama Yahudi atau Nasrani?” Katakanlah: “Apakah kamu lebih mengetahui ataukah Allah, dan siapakah yang lebih dzalim dari pada orang yang menyembunyikan persaksian dari Allah yang ada padanya?” Dan Allah sekali-kali tiada lengah dari apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Baqarah[2]: 140)

Disini Allah mendebat atau membantah orang-orang Yahudi dan Nasrani yang mengatakan bahwa yang masuk surga adalah Yahudi dan Nasrani. Maka Allah mengatakan, “Apakah kalian yang lebih tahu dari Allah Subhanahu wa Ta’ala? Dan siapakah yang lebih dzalim dari orang yang menyembunyikan persaksian disisinya dari Allah Subhanahu wa Ta’ala?”

Artinya mereka sendiri bersaksi bahwa Nabi Ibrahim, Nabi Ismail, Nabi Ishak, mereka bukan sama sekali Yahudi dan Nasrani. Kalau mereka bukan Yahudi bukan Nasrani, lantas mereka siapa? Mereka diatas Islam. Karena Islam adalah agama para Nabi. Semua Nabi, agama mereka satu. Sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

وَالأَنْبِيَاءُ إِخْوَةٌ لِعَلاَّتٍ ، أُمَّهَاتُهُمْ شَتَّى ، وَدِينُهُمْ وَاحِدٌ

“Para Nabi itu adalah saudara seayah walau ibu mereka berlainan, dan agama mereka adalah satu.” (HR. Bukhari)

Lalu Allah berfirman dalam ayat ke-141:

تِلْكَ أُمَّةٌ قَدْ خَلَتْ ۖ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَلَكُم مَّا كَسَبْتُمْ ۖ وَلَا تُسْأَلُونَ عَمَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ ﴿١٤١﴾

Itu adalah umat yang telah lalu; baginya apa yang diusahakannya dan bagimu apa yang kamu usahakan; dan kamu tidak akan diminta pertanggungan jawab tentang apa yang telah mereka kerjakan.”  (QS. Al-Baqarah[2]: 141)

Kata Syaikh Utsaimin, dari ayat ini kita ambil beberapa faidah:

Pertama, ini membantah klaim orang-orang Yahudi dan Nasrani yang menyatakan bahwa Nabi Ibarahim, Nabi Ismail, Nabi Ishaq, Nabi Ya’qub, katanya Yahudi atau nasrani. Maka dibantah oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bagaimana bisa mereka Yahudi atau Nasrani sementara Yahudi baru muncul belakangan jauh dari itu?

Saya ingat sebuah perdebatan Ahmad Deedat, seorang kristologi yang luar biasa dari Afrika Selatan. Dia diundang berdebat dengan Syiah. Dia terlambat datang dan ketika datang dia membawa sandal. “Kenapa kamu bawa sendal?”, “Sengaja saya membawanya karena dizaman Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam itu, orang Syiah suka mengambil sendal.”

Kata mereka, “Mana ada dizaman Rasulullah Syiah?”, Ahmad Deedat menjawab “Kalau dizaman Rasulullah tidak ada Syiah, berarti itu dari mana?” Perdebatan selesai dan hadirin langsung bubar.

Artinya, sebetulnya cara seperti ini sudah dicontohkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan beliau mengambil dari cara Al-Qur’an dalam membantah. Cara Al-Qur’an dalam membantu itu luar biasa. Tidak bisa ditolak oleh akal manusia manapun juga.

Disini Allah Subhanahu wa Ta’ala membantah klaim orang Yahudi dan Nasrani, kalau kalian menganggap bahwa para Nabi semuanya di atas agama kalian, mana buktinya?

Kedua, bahwa perkara-perkara seperti ini tidak ada yang mengetahui kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala saja. Maka kewajiban kita adalah kembalikan semuanya kepada Allah. Allah berfirman:

قُلْ أَأَنتُمْ أَعْلَمُ أَمِ اللَّـهُ ۗ

Katakan apakah kalian yang lebih tahu dari Allah?

Mana buktinya? Sementara Allah mengabarkan dalam Al-Qur’an dan Al Quran jelas dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sampai atau orang Yahudi yang ada dizaman Rasulullah, orang Nasrani yang ada dizaman Rasulullah, semuanya meyakini bahwa memang Al-Qur’an itu berasal dari Allah.

Ketika mereka mendengar Al-Qur’an, mereka sudah yakin akan kebenaran Al-Qur’an. Maka kita katakan, “Siapa yang lebih tahu, kalian atau Allah Subhanahu wa Ta’ala?”

Ketiga, ayat ini bantahan untuk orang-orang yang suka merubah-rubah nama-nama Allah dan sifat-sifat Allah. Artinya merubah makna-maknanya. Kalau kita perhatikan, apalagi kita hidup di negeri yang banyak kaum muslimin yang hanya menetapkan 20 sifat wajib bagi Allah.

Jadi ada disana itu sifat wajib, sifat boleh dan sifat mustahil. Sifat wajib ada 20, ada sifat boleh, ada lagi sifat mustahil.

Ketika mereka ditanya kenapa yang ini wajib dan yang ini boleh? Apa kata mereka? Menurut akal. Sebab kalau kita cari dalil dari Al-Qur’an dan hadits, ada tidak yang mengatakan sifat wajib Allah 20? Ada tidak dalam Al-Qur’an dan hadits yang menyebutkan sifat Allah ada sifat wajib, sifat jaiz, sifat mustahil? Bagi mereka itu tidak masalah.

Tetapi ketika kita membagi tauhid menjadi tiga, tauhid uluhiyyah, rububiyyah dan asma wa sifat, apakah katanya? “Mana dalil pembagian ini dalam Al-Qur’an dan hadits?”

Padahal sudah kita bahas bahwa dalil itu terkadang berbentuk nash, ada lagi dalil yang berbentuk istiqra’ (penelitian). Tapi semuanya ada dalam Al-Qur’an dan hadits. Sementara penetapan sifat wajib, jaiz, mustahil, mana dalilnya? Kata mereka apa? “Karena ini yang masuk diakal.”

Berarti kalian menetapkan sifat itu hanya dengan akal kalian? Yang menurut akal kalian bisa diterima, ditetapkan dan itu wajib bagi Allah. Maka kita katakan kepada mereka, “Apakah kalian yang lebih tahu tentang Allah atau Allah yang lebih tahu?”

Kenapa kalian mengatur Allah? Seakan-akan kalian mengatakan, “Ya Allah, Engkau wajib punya sifat 20 ya, Engkau boleh punya sifat ini, ini, ini, ini, Engkau tidak boleh punya sifat ini, ini, ini.” Kenapa jadi kalian yang mengatur Allah? Kamu yang lebih tahu atau Allah yang lebih tahu?

Maka kata Syaikh Utsaimin, ayat ini bantahan untuk mereka juga. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

قُلْ أَأَنتُمْ أَعْلَمُ أَمِ اللَّـهُ ۗ

Katakan apakah kalian yang lebih tahu dari Allah?

Seharusnya yang lebih tahu tentang diri Allah adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang tahu tentang sifat Allah adalah Allah, yang tahu tentang nama Allah adalah Allah. Maka semua yang Allah beritakan kepada kita, kita harus mengimani bahwa tidak mungkin Allah sama dengan makhlukNya. Allah berfirman:

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ ۖ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ ﴿١١﴾

Allah tidak serupa dengan apapun juga. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Asy-Syura`[42]: 11)

Artinya kita tetapkan Allah mendengar, tapi mendengarNya tidak sama dengan mendengarnya makhluk. Kita tetapkan bahwa Allah melihat, tapi melihat Allah tidak sama dengan melihatnya makhluk. Dan tetapkan semua sifat sama seperti itu.

Allah mengatakan dalam Al-Qur’an bahwa:

وَغَضِبَ اللَّـهُ عَلَيْهِ وَلَعَنَهُ وَأَعَدَّ لَهُ عَذَابًا عَظِيمًا ﴿٩٣﴾

Allah murka kepadanya, dan melaknatnya serta menyediakan azab yang besar baginya.” (QS. An-Nisa`[4]: 93)

Allah mensifati diriNya murka kepada orang-orang yang berhak dimurkai. Lalu apa kata orang yang tidak menerima ini sebatas akal-akalan? Mereka mengatakan, “Tidak mungkin Allah mempunyai sifat murka. Karena yang namanya marah adalah mendidihnya darah di hati. Itu adalah sifat makhluk.”

Kita katakan, “Kamu menetapkan sifat Allah mendengar? Kamu menetapkan atau tidak bahwa Allah mempunyai sifat mendengar? Manusia mendengar tidak? Lalu apakah mendengarnya Allah sama dengan mendengarnya makhluk? Tentu tidak!”

Maka sama halnya ini, marahnya Allah tidak sama dengan marahnya makhluk. Tetapkan semuanya sama kalau begitu. Jangan Anda fikirkan.

Ketika Allah mengatakan:

الرَّحْمَـٰنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَىٰ ﴿٥﴾

(Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah. Yang bersemayam di atas ‘Arsy.” (QS. Tha-ha[20]: 5)

Mereka berkata, “Tidak mungkin Allah beristiwa di atas. Sebab kalau Allah beristiwa di atas ‘Arsy, berarti Allah butuh tempat? Ini adalah sifat makhluk!”

Maka kita katakan, “Kamu mengatakan kalau Allah beristiwa di atas ‘Arsy berarti Allah butuh tempat, itu akibat kamu menyamakan Allah dengan makhluk. Kalau kita mengatakan istiwa Allah tidak sama dengan istiwa makhluk. Kita katakan Allah butuh tempat.”

Cukup imani bahwa Allah beristiwa di atas ‘Arsy sesuai dengan keagunganNya. Dan istiwa Allah tidak serupa dengan istiwa makhlukNya. Mereka berat menerima ini. Kenapa? Karena mereka terlalu menggunakan akal. Maka kita katakan kepada mereka:

قُلْ أَأَنتُمْ أَعْلَمُ أَمِ اللَّـهُ ۗ

Katakan apakah kalian yang lebih tahu dari Allah?

Artinya apakah kalian lebih tahu dari Allah tentang mana sifat yang wajib, mana sifat yang boleh, mana sifat yang tidak boleh?

Simak pada menit ke – 17:01

Simak dan Download MP3 Kajian Tafsir Al-Quran: Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 140 – 142


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/46500-tafsir-surat-al-baqarah-ayat-140-142/